Tuesday, 30 June 2009

Biggest Dreamer

Salam sejahtera, wahai pembaca yang budiman! Kembali bertemu dengan saya, sang pembuat tulisan-tulisan aneh yang semakin anda benci pasti emakin anda cintai!

Melihat judul post gue kali ini, mungkin ada yang berpikir bahwa gue akan ngomongin soal Digimon, soalnya sama dengan judul lagu opening anime Digimon Tamers. Tenang aja, gue nggak bakal ngomngin Digimon, tapi lebih tentang mimpi.

Gue semalam mimpi aneh. Aneh banget. Masalahnya gue udah nggak lama mimpi. Atau mungkin, kalau gue mimpi, suka susah ingetnya. Cuma, kali ini mimpinya masih kerasa banget, dan nggak kerasa kayak mimpi.

Di mimpi itu, entah kenapa gue balik ke SD gue. Gue jalan-jalan aja di situ. Sepi, nggak ada siapa-siapa. Gue jalan aja kayak orang nggak punya tujuan.

Tahu-tahu, di pinggir lapangan basket, gue lihat gebetan gue di kampus (sotoy lu Kar, kayak di tempat lain ada gebetan aja). Dia lagi duduk di lantai, bersandar ke tembok, dan matanya ngelihat lurus ke depan. Gue datangin dia.

Gue: Hei, lu kenapa?
Dia: Nggak tahu, Kar. Gue jalan aja nggak jelas ke mana. Tahu-tahu aja gue nyampe sini. Lu sendiri?
Gue: Oh, ini SD gue. Gue mau ketemuan sama anak-anak alumni sini. *padahal sebenernya gue juga nggak tahu ngapain gue di situ*
Dia: Oh...

Diam sesaat...

Gue: Kayaknya belum pada dateng nih. Gue boleh nemenin lu nggak?
Dia: Oh, boleh, boleh...

Wow! Tumben gue berani ngomong! Padahal biasanya di depan dia lidah gue udah kelu, mata gue membelalak, hidung kembang-kempis, dan rambut rontok (lho?). Gue pun duduk di sebelah dia.

Silence... again...

Tahu-tahu, si "dia" mulai terisak-isak gitu. Gue pun langsung bingung.

Gue: Eh? Lho? Lu kenapa?
Dia: *menangis makin keras* Gue takut Kar...
Gue: *mulai panik* Lho? Lu takut? Sama apa? Sama siapa?

Sayangnya, si "dia" kayaknya udah nggak dengerin. Dia udah mulai nangis histeris.

Dan saat itulah gue melakukan tindakan terbodoh (atau mungkin terpintar) dalam hidup gue. Assuming that I really did it, of course.

GUE PELUK DIA.

Gue: Udah, nggak apa-apa. Gue ada di sini buat lu. Gue bakal nemenin lu.

OMFG. Gue nggak tahu gue bisa seperti itu. Mungkin itulah Aten potency dalam diri gue... eh, salah! Maksud gue latent potency! Aten sih nama dosen gue! (maaf ya Mas Aten...)

Ok, terlepas dari fakta bahwa gue jarang (tepatnya nggak pernah) melakukan hal ini, gue mendadak merasa begitu hangat. Gue bangga, gue mulai bisa menjaga orang yang gue sayangi.

Tapi nggak sampai di situ. Tahu-tahu, nggak-ada-angin-nggak-ada hujan, ada sohib gue lagi gandengan tangan sama cewek yang katanya lagi dia gebet. Mereka berdua lagi nge-"cie-cie"-in gue.

Gue: Lho? Koq lu berdua juga ada di sini?

Sayangnya, pertanyaan itu nggak sempat terjawab, karena saat itu gue bangun.

Gue pun berpikir, apa maksud mimpi gue itu. Di situ, gue memeluk dia. Gue menjaga dia. Itu adalah satu hal yang nggak pernah kebayang akan gue lakukan (tepatnya bisa lakukan). Yah, kalau mau ngebayangin gue orangnya kayak gimana, gue itu model-model orang yang cuek dan ciri khas gue adalah meperin upil di bawah meja (nggak segitunya juga, sih). Tapi di balik sikap cuek itu ada kemaluan...

Koq kayaknya bahasa gue kurang enak ya? Mari kita ganti dengan "rasa malu".

Tapi di balik sikap cuek itu ada rasa malu (nah, kalau gini kan lebih enak lihatnya) yang suka membuat gue sulit bersosialisasi. Okay, I have quite a bunch of friends, but I suck at relationships. Romantic relationships, that is.

Gue inget semalam nyokap gue bilang, "Cewek itu suka cowok yang smart dan 'sedikit' agresif." Gue rasa gue setuju sama pernyataan itu. Satu elemen bisa dibilang mulai gue penuhi, yaitu "smart". Oke, gue nggak ngaku gue pinter, tapi sejauh ini gue lebih mengandalkan otak daripada otot. Masalahnya, IP gue baru terjun bebas tanpa parasut (Semester 1: 3,19. Semester 2: 2,68). Gimana gue mau membuktikan kapabilitas otak gue?

Lalu yang kedua, agresif. Di sini gue musti hati-hati, karena gue udah lihat cowok-cowok yang kelewat agresif, dan akhirnya dikatain PK (Penjahat Kelamin). Karena gue takut dicap PK, gue jadi orang yang kelewat pasif. Hasilnya? Ditikung, deh!

Maka sudah menjadi impian gue untuk menjadi cowok yang tough, baik secara mental maupun fisik. Mungkin yang kayak gini...


Nggak gitu juga sich...

Intinya, gue menganggap diri ideal buat gue adalah orang yang berani. Berani apa? Berani beda!

Kenapa berani beda? Mungkin karena gue udah keracunan kuliah Filsafat Manusia, di mana setengah semester gue belajar eksistensialsme. Di situ kan rata-rata filsufnya bilang masyarakat adalah sesuatu yang mengikat manusia, yang membuat manusia tidak menjadi dirinya yang sesungguhnya.

Gue setuju banget sama pendapat itu.

Maka gue pun mengaplikasikannya dalam hidup gue, mulai dari hal-hal yang kecil, seperti selera musik, film favorit, interest, hobby, dan berbagai hal lain dalam hidup gue. Mungkin konsekeunsinya hanya satu: gue menjadi sendiri.

Itulah kekuatan masyarakat. Mereka yang tidak masuk ke dalamnya akan menjadi terkucil dan terlihat insignifikan. Kolektivitas adalah hal yang paling dijunjung tinggi dalam masyarakat di belahan dunia manapun.

So, mungkin situasi relationship gue nggak akan berubah dalam waktu dekat ini. Heck, it'll take someone who's either very stupid or very crazy to love me.

Sumpah, gue baru mulai nulis blog dan tulisan pertama gue udah nggak nyambung gini.

Yah, untuk penutup, gue cuma mau mengutip salah satu lagunya Peter Pan, dan mungkin gue tambahin sedikit...

"Berkhayallah setinggi-tingginya, seindah-indahnya. Dan kalau kau mampu, wujudkanlah."

Sieg Zeon!

No comments:

Post a Comment