Monday, 3 August 2009

Protes!

Salam sejahtera, wahai para pembaca yang budiman! Kembali bertemu dengan saya, sang pembuat tulisan-tulisan aneh yang semakin anda benci pasti semakin anda cintai!

Sesuai judul di atas, dalam post kali ini gue mau protes. Mungkin mau dibilang protes juga salah, karena gue nggak ngomong langsung kepada pihak yang seharusnya menjadi "penderita" protes gue. Jadi sebenarnya isi post ini lebih tepat disebut... erm... *cough*curhat*cough*!

Akhir-akhir ini, "virus" game Gundam Musou 2 (Dynasty Warriors: Gundam 2) kembali menyerang gue full-force. Hasilnya kembali gue terpaksa multi-tasking: Online sambil main PS. Berhubung kedua objek yang bersangkutan (Komputer dan set PS2) letaknya berdekatan di kamar gue, gue bisa mengeksekusi kegiatan multi-tasking ini dengan cukup baik.

But there's this thing that's been nagging me.

Mungkin harus dimulai dari game-nya sendiri...

Gundam Musou 2 (gue main versi Jepang) adalah sebuah game tactical action yang dikembangkan oleh kerjasama antara KOEI dan Bandai. KOEI adalah sebuah perusahaan game yang fokus pada game-game yang history-based, seperti Dynasty Warriors dan Samurai Warriors. About Bandai... well, look at my previous post.

Gundam Musou 2 memiliki basis yang sama dengan Dynasty Warriors (yang sudah sampai seri ke-6). Inti dari Dynasty Warriors adalah lu jadi seorang jendral yang menumpas pasukan musuh. Lu lebih kuat dari musuh2 lu, dan bisa dibilang menjadi orang yang sangat IMBA dalam pertempuran. Lu juga punya temen berupa jendral yang diprogram oleh AI, tapi biasanya kerjaan mereka cuma:
1. Sitting ducks.
2. Gives tactical advantage.
3. Steal your important kills.

Rusuh deh, intinya. Mungkin kalau digambarkan di dunia nyata, kayak gini nih...


Sumpah, yang di foto itu bukan gue.

Nah, kalo udah dapet gambaran Dynasty Warriors, coba campurkan dengan elemen robot raksasa seperti ini...


Ah, the good old RX-78-2 Gundam. Those good old days... (sok tua lo Kar, padahal pas Gundam pertama keluar lu belum juga lahir).

Bila dua elemen itu dicampur, jadinya begini...


EH, SALAH! ITU SIH SAMBOSA! GA NYAMBUNG BANGET DEH! Yang gue maksud itu...


Nah, ini adalah contoh gameplay Gundam Musou 2.

Dari penilaian gue, game ini bagus banget, dari segi grafik oke (untuk PS2, PS3nya malah lebih gokil lagi) dan gameplay cukup menantang. Tapi, seperti biasa, yang paling Plus Plus (huh, "Plus Plus", emangnya pijit?) dari KOEI adalah sound. Pengisi suara para karakter kebanyakan berasal dari anime-nya (ini yang versi Jepang, gue kurang tahu untuk versi Inggrisnya). Jadilah gue bisa denger suaranya Shuichi Ikeda sebagai Char Aznable. Kyaaaa!!!

Koq gue jadi kayak fangirl gitu, ya?

Biarin deh. Lanjut!

Terus apa yang gue protesin?

Nah, untuk itu kita harus masuk lebih dalam lagi (AWAS KALO LU MIKIR YANG NGGAK-NGGAK!).

Nah, di dalam Gundam Musou 2 itu ada sistem skill, di mana tiap pilot bisa menggunakan skill tersebut untuk meningkatkan kemampuan bertarungnya.

Lho, itu bagus donk! Hey, sabar, gue belum selesai!

Dari tadi gue ngomongin Gundam Musou 2. Kalau begitu harusnya ada Gundam Musou yang pertama donk?

Betul sekali, Gundam Musou 2 merupakan sequel dari Gundam Musou Special (PS2). Tapi karena jalan ceritanya sama sekali bukan sequel, gue merasa lebih tepat bila disebut "upgrade". Tapi untuk kali ini, gue akan memakai term "sequel" (JADI YANG BENER YANG MANA SICH???).

Sistem Gundam Musou 2 secara overall lebih baik dari Gundam Musou Special. Ga ada lagi tuh Char's Gelgoog yang ada visual glitch-nya. Moveset setiap mobile suit juga dikembangkan lagi, sehingga gamer diberi variasi dalam battle.

Terus kenapa gue protes? Hang on, I'm getting there.

Tadi kan gue nyebut sistem skill di Gundam Musou 2. Gundam Musou Special juga punya, tapi kok SISTEM SKILL-NYA LEBIH BAGUS GUNDAM MUSOU SPECIAL, YA???

Secara detail, gue mau kasih contoh. Gue ambil karakter favorit gue, Char Aznable.

Sistem skill Gundam Musou Special adalah sebagai berikut. Setiap pilot punya 6 slot skill. 2 slot pertama adalah "Unique Skill" untuk masing2 pilot, tidak bisa diganti, dan sering dinilai IMBA. 4 slot sisanya bebas diisi skill apa saja. Inilah skill Char Aznable versi gue:


Unique Skill (fixed):
- Newtype: Ignores damage from beam attacks while boosting.
- Smash Hit: Charge attacks break opponent's guard.

Normal Skill (optional):
- Leadership: Increases battle abilities of allied forces.
- High Tension: SP attacks become Hyper SP attacks.
- Battle Instinct: Defense decreases, but enemy attacks won't make you flinch.
- Water Calm as Mirror: SP gauge increases slowly by itself.


Not bad, eh?

Sekarang untuk sistem skill Gundam Musou 2. Sistem skill-nya dirombak total, sehingga cuma ada 3 slot untuk skill, semuanya bebas.

Settingan Char Aznable gue jadi sperti ini:


Skills:
- High Tension: SP attacks become Hyper SP attacks.
- Battle Instinct: Defense decreases, but enemy attacks won't make you flinch.
- A Machine that Matches a Thousand: Easier to fight grunts.


Emang sih, skill yang ada bertambah, TAPI KAN KALO NGGAK BISA DIPAKAI SAMA AJA BOHONG TAHU-TEMPE-ONCOM-GORENG-TEPUNG!

SEQUELS ARE SUPPOSED TO BE UPGRADES, YA KNOW?!

Sebel gue...

Jadilah karena gue rada-rada gedek mencoba mendapatkan semua skill (yang bagus) untuk karakter-karakter favorit gue, malam ini gue memutuska nge-DotA. Gue main lawan AI, seperti biasa, untuk latihan melawan kawan-kawan gue di kampus yang udah pada pro.

Sayang, godaan tak dapat ditolak.

Gue bukannya latihan pake Balanar (hero yang di-recommend temen-temen gue) gue malah main pake hero-hero di Fun Tavern. Hero-hero di Fun Tavern adalah hero-hero IMBA yang khusus ditaro di Tavern itu, untuk permainan yang sifatnya "Just For Fun". Jadinya gue nggak latihan, tapi melaukan pembantaian yang indiskriminatif!

Well, so much for my day. Hehehe, ga jelas gitu gue nulis apaan. Gue jadi makin bingung deh, blog ini mau dibawa ke mana.

Sieg Zeon!

Monday, 13 July 2009

Gundam vs. Transformers

Salam sejahtera, wahai para pembaca yang budiman! Kembali bertemu dengan saya, sang pembuat tulisan-tulisan aneh yang semakin anda benci pasti semakin anda cintai!

Hari ini gue mau ngomongin soal robot. Kayaknya dunia gue nggak jauh-jauh dari situ.

Kalau mau tepatnya, gue mau ngomongin tentang dua serial kartun robot yang terkenal di dunia. Dua-duanya gue suka. Banget.

Yang pertama, tentu saja adalah Gundam, yang dipopulerkan oleh Bandai-Sunrise, Jepang.


Yang kedua adalah Transformers, yang dipopulerkan Hasbro, USA.


Kedua seri robot ini udah tua banget. Gundam udah ada sejak tahun 1979, sementara Transformers tahun 1984. Evolusi (tsah, bahasa lu, gan...) yang terjadi dari tiap seri Gundam dan Transformers juga sangat signifikan, baik dari segi teknologi maupun karakter.

Dari pengalaman gue sejauh ini, orang awam (maaf bagi yang ngerasa) akan melihat kedua seri ini secara sama, cuma beda pembuatnya, yang satu Jepang, yang satu Amerika. Sisanya sih sama aja, mungkin bisa gue ilustrasikan dengan sound effect...

"BUUM! PLAK! DOINK! DZING! KRAK! BUK! PTOK! PTOK! TIT! KRAK! KRRR! XWIU! XWIU! FIA?! FIA?! AKU ADALAH SEORANG KAPITEN! CTEK! Warta Berita Petang..."

Eh, gue koq jadi ngelantur, ya? Yah, you get the picture, lah.

Tapi kalau kita melihat dari berbagai segi dan sudut pandang, kedua seri itu sangat kompleks, masing-masing dengan caranya sendiri.

Nggak usah banyak cincong, mending dilihat satu per satu. Mulai dari Transformers...

Transformers itu sebenarnya berasal mula dari mainan Jepang, Microman dan Diaclone, yang lalu lisensinya dibeli oleh Hasbro. Hasbro lalu membuat konsep cerita robot alien dari mainan-mainan Microman dan Diaclone.

Konsep cerita Transformers adalah perang antara Autobots dan Decepticons dalam memperebutkan sumber energi di planet Cybertron. Pada awalnya, Autobots dan Decepticons hidup dalam damai, tapi Decepticons meinginkan perang. Pada akhirnya, Autobots pun terpaksa membalas kekerasan dengan kekerasan.

Di Indonesia, mungkin Transformers pertama kali masuk melalui Beast Wars. Beast Wars merupakan salah satu spin-off dari Transformers di mana para Transformers tidak lagi berubah menjadi kendaraan, tapi menjadi robot hewan. Nama faction juga diganti, Autobots menjadi Maximals, Decepticons menjadi Predacons. Beast Wars dan sequel-nya, Beast Machine, cukup sukses, baik di Indonesia maupun di Amerika.

Tapi, puncak kesuksesan Transformers adalah saat dirilisnya film Transformers di seluruh dunia. Autobots dan Decepticons bertarung lagi, kali ini di bumi, dan tentunya banyak melibatkan manusia, satu elemen yang masih jarang digunakan dalam Transformers sebelumnya.

Walaupun film Transformers cukup (baca: sangat) sukses di dunia dan gue juga menyukai film itu, ada hal yang sangat gue sayangkan, yaitu bahwa di Transformers kali ini kurang ada pendalaman karakter. No, I'm not talking about the heroic Optimus Prime or the fiercely-loyal Bumblebee or the stylish Jazz, I'm talking about the Decepticons! Okay, we know that Megatron is an absurdly evil, ambitious, and greedy antagonist, but who here knows that Starscream is actually a two-faced bad@$$, or that Blackout's motto is "He who follows the opinions of others is lost." Selain itu, Transformers terkesan terlalu hitam dan putih. Kita cuma dijejali dengan bagaimana si baik berjuang melawan si jahat dan akhirnya menang. Nggak dikasih penjelasan akan motif kenapa Megatron mau Allspark, atau kenapa Prime mau capek-capek menyelamatkan manusia (yang kayaknya insignifikan sekali dibanding mereka). Selain itu nggak ada pihak abu-abu di sini, it's pure good guys vs. bad guys. Gue pernah lihat sekali ada pihak abu-abu di salah satu episode Beast Wars and that's so d**n cool, apalagi pihak abu-abu itu mati secara tragis saat berusaha melerai pertarungan antara Silverbolt (Maximals) melawan Rampage (Predacons).

Now, this is where the Gundams come in.

Saat Gundam masih dibentuk konsepnya, namanya adalah Freedom Fighter Gunboy. Lalu untuk menekankan bahwa robot ini akan digunakan untuk pertarungan demi kebebasan, maka namanya diubah menjadi Gundom (Gun-Freedom). Setelah Yoshiyuki Tomino masuk, namanya diubah lagi menjadi Gundam, yang berarti robot pembawa senjata (gun) yang mampu menahan banyak musuh, seperti bendungan (dam) yang menahan arus sungai.

Tidak seperti Transformers dan berbagai serial super-robot lainnya, Gundam dan mobile suit lainnya dalam franchise itu berfungsi sebagai alat perang, bukan makhluk hidup dengan pikirannya sendiri. Pengecualian terdapat pada A.L.I.C.E. (Gundam Sentinel), Musha Gundam (Gundam Musou), dan Musha Gundam Mk-II (Gundam Musou).

Karena Gundam tidak memiliki pikirannya sendiri, maka operator, atau pilot, memegang peranan sangat penting di sini. Satu hal yang sangat diperhatikan dalam Gundam adalah filosofi yang ada di dalamnya. Setiap pilot memiliki filosofinya masing-masing, sehingga seakan-akan mereka bertarung untuk tujuan mereka sendiri, bukan tujuan kelompok. Memang kesannya egosentris banget, tapi gue justru kagum dengan orang-orang seperti ini, yang bisa berdiri sendiri dan pandangannya tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.

Perbedaan Gundam dengan Transformers juga terletak di dunianya. Bila Transformers hanya menggunakan satu universe, Gundam menggunakan berbagai macam universe yang bisa dibilang tidak berhubungan satu sama lain. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan yang signifikan pada setiap serial Gundam, yang sangat terlihat seiring berjalannya waktu.

Sebagai contoh, bisa dilihat dari serial Gundam yang berasal dari timeline Universal Century, umumnya para protagonis utama adalah civilian yang ternyata memiliki kemampuan yang exceptional dalam mengemudikan mobile suit (contoh: Amuro Ray, Kamille Bidan). Sementara di timeline After Colony, tokoh protagonisnya adalah orang yang telah dilatih menjadi "perfect soldier" (contoh: Heero Yuy).

Tadi kan gue juga menyebut bahwa setiap pilot memiliki filosofinya sendiri. Dari situ, terlihat juga bahwa di dunia Gundam garis batas antara "hitam" dan "putih" itu tipis banget. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya bisa membuat seseorang yang tadinya baik dan santun menjadi seorang pembunuh berdarah dingin... or vice versa.

Tentu saja Gundam memiliki kelemahan dibanding Transformers. It's simple really. Dari desain robotnya sudah terlihat sangat jelas bahwa in more than way, desain Gundam tidak sekreatif Transformers. Lihat aja dari tokoh utamanya, warna Gundam yang digunakan pasti putih dengan corak biru.

Pada akhirnya, gue cuma mau menyampaikan pada para pembaca yang budiman bahwa ada baiknya kita tidak meremehkan sesuatu yang kita anggap kecil. Gue ingat percakapan antara gue dan temen gue (tidak gue sebutkan namanya di sini)...

Gue: BAAAAKURETSU GOODDD FIIINNNNGGGGEEEEEEERRRRR!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


My Anonymous Friend: Apaan sih lu???
Gue: Itu jurus pamungkasnya God Gundam!
My Anonymous Friend: Mulai lagi deh dia...

Yup guys, I admit, I'm a Gundam otaku!

Back to the topic. Gue juga ingat pembicaraan di hari lain...

Gue: Only a Prime can defeat me, and there is only one that remains!


My Anonymous Friend: Gaya lu koq ngajak berantem melulu sih Kar???
Gue: Hey, itu quote dari The Fallen, tahu!
My Anonymous Friend: Hah??? Masa sih??? Ya ampun, sori ya...

Yeah, minta maaf aja sama Hasbro, wong gue nggak ada urusan sama The Fallen...

Dari peristiwa kecil ini gue sadar bahwa Gundam masih kurang dihargai sama orang-orang kita (baca: Indonesia), padahal kartun ini memiliki potensi yang cukup kuat untuk mengubah mindset seseorang. Jujur aja, waktu tempo hari ada siaran ulang perayaan 30 tahun kancah Michael Jackson di dunia musik di sebuah stasiun TV swasta, gue menolak ikut nonton bareng nyokap karena gue lagi panas-panasnya nonton Gundam 00.

Gue addicted sama kartun beginian? Mungkin. Well, I can tell you the reason. The political conflict, the philosophy, the war, all the lives being saved and those being taken away... they're simply beautiful.

"Purity of Purpose."

Sieg Zeon!

Saturday, 4 July 2009

Transformers

Salam sejahtera, wahai para pembaca yang budiman! Kembali bertemu dengan saya, sang pembuat tulisan-tulisan aneh yang semakin anda beci pasti semakin anda cintai!

Melihat tulisan judul di atas, mungkin pembaca berpikir bahwa gue akan membahas film Transformers: Revenge of the Fallen. Sayang sekali, gue belum menonton film itu, jadi gue juga nggak bisa ngomongin. Nggak, tulisan ini berhubungan tentang perubahan pada diri gue.

Perubahan apa nih? KaraBoy berubah? Berubah apanya? Jadi mirip Berak... eh, salah, maksudnya, Brad Pitt kah? Tumbuh tahi lalat satu lagi kah? Ataukah...

Udah, nggak usah mikir jauh-jauh. Gue cuma ngubah model rambut koq. Jadinya sekarang kayak gini...


Nggak gitu ding, maksudnya gini...


Eh, itu sih ekstrim banget, ya? Maksudnya gini...


Yah, itu yang paling mendekati lah...

Lebay banget sih gue, potong rambut aja samai gue masukin blog?

Masalahnya, saudara-saudara-sebangsa-setanah-seair-seudara, gue udah nggak potong rambut selama setahun. Jadi bisa dibilang ini adalah momen bersejarah dalam hidup gue.

Cuma jujur aja sih, gue nggak bakal potong rambut kalau poni gue udah nggak dengan liarnya menutupi muka gue. Dan berhubung gue orangnya agak histrionic, gue memakai salah satu prinsipnya:

"Kalau orang lain tidak tahu kamu menang, lebih baik tidak usah menang."

Yah, gitulah jadinya. Bagi teman-teman sekampus gue, just enjoy the show.

Sieg Zeon!

Tuesday, 30 June 2009

Biggest Dreamer

Salam sejahtera, wahai pembaca yang budiman! Kembali bertemu dengan saya, sang pembuat tulisan-tulisan aneh yang semakin anda benci pasti emakin anda cintai!

Melihat judul post gue kali ini, mungkin ada yang berpikir bahwa gue akan ngomongin soal Digimon, soalnya sama dengan judul lagu opening anime Digimon Tamers. Tenang aja, gue nggak bakal ngomngin Digimon, tapi lebih tentang mimpi.

Gue semalam mimpi aneh. Aneh banget. Masalahnya gue udah nggak lama mimpi. Atau mungkin, kalau gue mimpi, suka susah ingetnya. Cuma, kali ini mimpinya masih kerasa banget, dan nggak kerasa kayak mimpi.

Di mimpi itu, entah kenapa gue balik ke SD gue. Gue jalan-jalan aja di situ. Sepi, nggak ada siapa-siapa. Gue jalan aja kayak orang nggak punya tujuan.

Tahu-tahu, di pinggir lapangan basket, gue lihat gebetan gue di kampus (sotoy lu Kar, kayak di tempat lain ada gebetan aja). Dia lagi duduk di lantai, bersandar ke tembok, dan matanya ngelihat lurus ke depan. Gue datangin dia.

Gue: Hei, lu kenapa?
Dia: Nggak tahu, Kar. Gue jalan aja nggak jelas ke mana. Tahu-tahu aja gue nyampe sini. Lu sendiri?
Gue: Oh, ini SD gue. Gue mau ketemuan sama anak-anak alumni sini. *padahal sebenernya gue juga nggak tahu ngapain gue di situ*
Dia: Oh...

Diam sesaat...

Gue: Kayaknya belum pada dateng nih. Gue boleh nemenin lu nggak?
Dia: Oh, boleh, boleh...

Wow! Tumben gue berani ngomong! Padahal biasanya di depan dia lidah gue udah kelu, mata gue membelalak, hidung kembang-kempis, dan rambut rontok (lho?). Gue pun duduk di sebelah dia.

Silence... again...

Tahu-tahu, si "dia" mulai terisak-isak gitu. Gue pun langsung bingung.

Gue: Eh? Lho? Lu kenapa?
Dia: *menangis makin keras* Gue takut Kar...
Gue: *mulai panik* Lho? Lu takut? Sama apa? Sama siapa?

Sayangnya, si "dia" kayaknya udah nggak dengerin. Dia udah mulai nangis histeris.

Dan saat itulah gue melakukan tindakan terbodoh (atau mungkin terpintar) dalam hidup gue. Assuming that I really did it, of course.

GUE PELUK DIA.

Gue: Udah, nggak apa-apa. Gue ada di sini buat lu. Gue bakal nemenin lu.

OMFG. Gue nggak tahu gue bisa seperti itu. Mungkin itulah Aten potency dalam diri gue... eh, salah! Maksud gue latent potency! Aten sih nama dosen gue! (maaf ya Mas Aten...)

Ok, terlepas dari fakta bahwa gue jarang (tepatnya nggak pernah) melakukan hal ini, gue mendadak merasa begitu hangat. Gue bangga, gue mulai bisa menjaga orang yang gue sayangi.

Tapi nggak sampai di situ. Tahu-tahu, nggak-ada-angin-nggak-ada hujan, ada sohib gue lagi gandengan tangan sama cewek yang katanya lagi dia gebet. Mereka berdua lagi nge-"cie-cie"-in gue.

Gue: Lho? Koq lu berdua juga ada di sini?

Sayangnya, pertanyaan itu nggak sempat terjawab, karena saat itu gue bangun.

Gue pun berpikir, apa maksud mimpi gue itu. Di situ, gue memeluk dia. Gue menjaga dia. Itu adalah satu hal yang nggak pernah kebayang akan gue lakukan (tepatnya bisa lakukan). Yah, kalau mau ngebayangin gue orangnya kayak gimana, gue itu model-model orang yang cuek dan ciri khas gue adalah meperin upil di bawah meja (nggak segitunya juga, sih). Tapi di balik sikap cuek itu ada kemaluan...

Koq kayaknya bahasa gue kurang enak ya? Mari kita ganti dengan "rasa malu".

Tapi di balik sikap cuek itu ada rasa malu (nah, kalau gini kan lebih enak lihatnya) yang suka membuat gue sulit bersosialisasi. Okay, I have quite a bunch of friends, but I suck at relationships. Romantic relationships, that is.

Gue inget semalam nyokap gue bilang, "Cewek itu suka cowok yang smart dan 'sedikit' agresif." Gue rasa gue setuju sama pernyataan itu. Satu elemen bisa dibilang mulai gue penuhi, yaitu "smart". Oke, gue nggak ngaku gue pinter, tapi sejauh ini gue lebih mengandalkan otak daripada otot. Masalahnya, IP gue baru terjun bebas tanpa parasut (Semester 1: 3,19. Semester 2: 2,68). Gimana gue mau membuktikan kapabilitas otak gue?

Lalu yang kedua, agresif. Di sini gue musti hati-hati, karena gue udah lihat cowok-cowok yang kelewat agresif, dan akhirnya dikatain PK (Penjahat Kelamin). Karena gue takut dicap PK, gue jadi orang yang kelewat pasif. Hasilnya? Ditikung, deh!

Maka sudah menjadi impian gue untuk menjadi cowok yang tough, baik secara mental maupun fisik. Mungkin yang kayak gini...


Nggak gitu juga sich...

Intinya, gue menganggap diri ideal buat gue adalah orang yang berani. Berani apa? Berani beda!

Kenapa berani beda? Mungkin karena gue udah keracunan kuliah Filsafat Manusia, di mana setengah semester gue belajar eksistensialsme. Di situ kan rata-rata filsufnya bilang masyarakat adalah sesuatu yang mengikat manusia, yang membuat manusia tidak menjadi dirinya yang sesungguhnya.

Gue setuju banget sama pendapat itu.

Maka gue pun mengaplikasikannya dalam hidup gue, mulai dari hal-hal yang kecil, seperti selera musik, film favorit, interest, hobby, dan berbagai hal lain dalam hidup gue. Mungkin konsekeunsinya hanya satu: gue menjadi sendiri.

Itulah kekuatan masyarakat. Mereka yang tidak masuk ke dalamnya akan menjadi terkucil dan terlihat insignifikan. Kolektivitas adalah hal yang paling dijunjung tinggi dalam masyarakat di belahan dunia manapun.

So, mungkin situasi relationship gue nggak akan berubah dalam waktu dekat ini. Heck, it'll take someone who's either very stupid or very crazy to love me.

Sumpah, gue baru mulai nulis blog dan tulisan pertama gue udah nggak nyambung gini.

Yah, untuk penutup, gue cuma mau mengutip salah satu lagunya Peter Pan, dan mungkin gue tambahin sedikit...

"Berkhayallah setinggi-tingginya, seindah-indahnya. Dan kalau kau mampu, wujudkanlah."

Sieg Zeon!

Sunday, 21 June 2009

Pertamax

Salam sejahtera, wahai para pembaca yang budiman! Ini adalah post pertama dari blog pertama gue, sang pembuat tulisan-tulisan aneh yang semakin anda benci pasti semakin anda cintai.

Untuk memulai, mari kita... er... mulai... dari alasan kenapa gue bikin blog. Dari beberapa blog yang gue lihat, rata-rata membuat blog sebagai semacam diary. Ada juga yang buat bisnis. Ada lagi buat menghibur manusia (ataupun makhluk hidup non-manusia yang mengerti bahasa manusia) lainnya. Gue sendiri akan mencoba menggabungkan unsur diary dan hiburan. Percayalah, saudara-saudara, ordinary things can be extraordinary... if you wrap it up in the right way, of course.

Lalu mari kita lihat alasan gue memakai nama blog ini: Portrait of a Red Comet.

"Red Comet" adalah julukan yang diberikan kepada Char Aznable, tokoh antagonis utama di anime Mobile Suit Gundam, yang pertama kali dirilis di Jepang tahun 1979. Gue bisa sebegitu kagumnya dengan tokoh ini karena dia adalah villain yang sempurna, dan bisa dibilang tokoh-tokoh antagonis di anime Gundam berikutnya memakai Char Aznable sebagai kiblatnya.


Kan lumayan juga kalau gue bisa menjadi orang seperti Char Aznable: visioner, independen, pilot jagoan, karismatik, dan yang terpenting adalah MAGNET WANITA!!! HAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! (yah, gilanya ketahuan deh...)

Gue sendiri nggak tahu apakah gue bisa nge-update blog ini serinmg-sering, tapi yang pasti gue (coba untuk) tidak menelantarkannya sedemikian rupa.

Well, so much for my first post. Gue akan merasa terhormat bila anda mau membaca blog nggak jelas ini.

Sieg Zeon!