Monday, 13 July 2009

Gundam vs. Transformers

Salam sejahtera, wahai para pembaca yang budiman! Kembali bertemu dengan saya, sang pembuat tulisan-tulisan aneh yang semakin anda benci pasti semakin anda cintai!

Hari ini gue mau ngomongin soal robot. Kayaknya dunia gue nggak jauh-jauh dari situ.

Kalau mau tepatnya, gue mau ngomongin tentang dua serial kartun robot yang terkenal di dunia. Dua-duanya gue suka. Banget.

Yang pertama, tentu saja adalah Gundam, yang dipopulerkan oleh Bandai-Sunrise, Jepang.


Yang kedua adalah Transformers, yang dipopulerkan Hasbro, USA.


Kedua seri robot ini udah tua banget. Gundam udah ada sejak tahun 1979, sementara Transformers tahun 1984. Evolusi (tsah, bahasa lu, gan...) yang terjadi dari tiap seri Gundam dan Transformers juga sangat signifikan, baik dari segi teknologi maupun karakter.

Dari pengalaman gue sejauh ini, orang awam (maaf bagi yang ngerasa) akan melihat kedua seri ini secara sama, cuma beda pembuatnya, yang satu Jepang, yang satu Amerika. Sisanya sih sama aja, mungkin bisa gue ilustrasikan dengan sound effect...

"BUUM! PLAK! DOINK! DZING! KRAK! BUK! PTOK! PTOK! TIT! KRAK! KRRR! XWIU! XWIU! FIA?! FIA?! AKU ADALAH SEORANG KAPITEN! CTEK! Warta Berita Petang..."

Eh, gue koq jadi ngelantur, ya? Yah, you get the picture, lah.

Tapi kalau kita melihat dari berbagai segi dan sudut pandang, kedua seri itu sangat kompleks, masing-masing dengan caranya sendiri.

Nggak usah banyak cincong, mending dilihat satu per satu. Mulai dari Transformers...

Transformers itu sebenarnya berasal mula dari mainan Jepang, Microman dan Diaclone, yang lalu lisensinya dibeli oleh Hasbro. Hasbro lalu membuat konsep cerita robot alien dari mainan-mainan Microman dan Diaclone.

Konsep cerita Transformers adalah perang antara Autobots dan Decepticons dalam memperebutkan sumber energi di planet Cybertron. Pada awalnya, Autobots dan Decepticons hidup dalam damai, tapi Decepticons meinginkan perang. Pada akhirnya, Autobots pun terpaksa membalas kekerasan dengan kekerasan.

Di Indonesia, mungkin Transformers pertama kali masuk melalui Beast Wars. Beast Wars merupakan salah satu spin-off dari Transformers di mana para Transformers tidak lagi berubah menjadi kendaraan, tapi menjadi robot hewan. Nama faction juga diganti, Autobots menjadi Maximals, Decepticons menjadi Predacons. Beast Wars dan sequel-nya, Beast Machine, cukup sukses, baik di Indonesia maupun di Amerika.

Tapi, puncak kesuksesan Transformers adalah saat dirilisnya film Transformers di seluruh dunia. Autobots dan Decepticons bertarung lagi, kali ini di bumi, dan tentunya banyak melibatkan manusia, satu elemen yang masih jarang digunakan dalam Transformers sebelumnya.

Walaupun film Transformers cukup (baca: sangat) sukses di dunia dan gue juga menyukai film itu, ada hal yang sangat gue sayangkan, yaitu bahwa di Transformers kali ini kurang ada pendalaman karakter. No, I'm not talking about the heroic Optimus Prime or the fiercely-loyal Bumblebee or the stylish Jazz, I'm talking about the Decepticons! Okay, we know that Megatron is an absurdly evil, ambitious, and greedy antagonist, but who here knows that Starscream is actually a two-faced bad@$$, or that Blackout's motto is "He who follows the opinions of others is lost." Selain itu, Transformers terkesan terlalu hitam dan putih. Kita cuma dijejali dengan bagaimana si baik berjuang melawan si jahat dan akhirnya menang. Nggak dikasih penjelasan akan motif kenapa Megatron mau Allspark, atau kenapa Prime mau capek-capek menyelamatkan manusia (yang kayaknya insignifikan sekali dibanding mereka). Selain itu nggak ada pihak abu-abu di sini, it's pure good guys vs. bad guys. Gue pernah lihat sekali ada pihak abu-abu di salah satu episode Beast Wars and that's so d**n cool, apalagi pihak abu-abu itu mati secara tragis saat berusaha melerai pertarungan antara Silverbolt (Maximals) melawan Rampage (Predacons).

Now, this is where the Gundams come in.

Saat Gundam masih dibentuk konsepnya, namanya adalah Freedom Fighter Gunboy. Lalu untuk menekankan bahwa robot ini akan digunakan untuk pertarungan demi kebebasan, maka namanya diubah menjadi Gundom (Gun-Freedom). Setelah Yoshiyuki Tomino masuk, namanya diubah lagi menjadi Gundam, yang berarti robot pembawa senjata (gun) yang mampu menahan banyak musuh, seperti bendungan (dam) yang menahan arus sungai.

Tidak seperti Transformers dan berbagai serial super-robot lainnya, Gundam dan mobile suit lainnya dalam franchise itu berfungsi sebagai alat perang, bukan makhluk hidup dengan pikirannya sendiri. Pengecualian terdapat pada A.L.I.C.E. (Gundam Sentinel), Musha Gundam (Gundam Musou), dan Musha Gundam Mk-II (Gundam Musou).

Karena Gundam tidak memiliki pikirannya sendiri, maka operator, atau pilot, memegang peranan sangat penting di sini. Satu hal yang sangat diperhatikan dalam Gundam adalah filosofi yang ada di dalamnya. Setiap pilot memiliki filosofinya masing-masing, sehingga seakan-akan mereka bertarung untuk tujuan mereka sendiri, bukan tujuan kelompok. Memang kesannya egosentris banget, tapi gue justru kagum dengan orang-orang seperti ini, yang bisa berdiri sendiri dan pandangannya tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.

Perbedaan Gundam dengan Transformers juga terletak di dunianya. Bila Transformers hanya menggunakan satu universe, Gundam menggunakan berbagai macam universe yang bisa dibilang tidak berhubungan satu sama lain. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan yang signifikan pada setiap serial Gundam, yang sangat terlihat seiring berjalannya waktu.

Sebagai contoh, bisa dilihat dari serial Gundam yang berasal dari timeline Universal Century, umumnya para protagonis utama adalah civilian yang ternyata memiliki kemampuan yang exceptional dalam mengemudikan mobile suit (contoh: Amuro Ray, Kamille Bidan). Sementara di timeline After Colony, tokoh protagonisnya adalah orang yang telah dilatih menjadi "perfect soldier" (contoh: Heero Yuy).

Tadi kan gue juga menyebut bahwa setiap pilot memiliki filosofinya sendiri. Dari situ, terlihat juga bahwa di dunia Gundam garis batas antara "hitam" dan "putih" itu tipis banget. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya bisa membuat seseorang yang tadinya baik dan santun menjadi seorang pembunuh berdarah dingin... or vice versa.

Tentu saja Gundam memiliki kelemahan dibanding Transformers. It's simple really. Dari desain robotnya sudah terlihat sangat jelas bahwa in more than way, desain Gundam tidak sekreatif Transformers. Lihat aja dari tokoh utamanya, warna Gundam yang digunakan pasti putih dengan corak biru.

Pada akhirnya, gue cuma mau menyampaikan pada para pembaca yang budiman bahwa ada baiknya kita tidak meremehkan sesuatu yang kita anggap kecil. Gue ingat percakapan antara gue dan temen gue (tidak gue sebutkan namanya di sini)...

Gue: BAAAAKURETSU GOODDD FIIINNNNGGGGEEEEEEERRRRR!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


My Anonymous Friend: Apaan sih lu???
Gue: Itu jurus pamungkasnya God Gundam!
My Anonymous Friend: Mulai lagi deh dia...

Yup guys, I admit, I'm a Gundam otaku!

Back to the topic. Gue juga ingat pembicaraan di hari lain...

Gue: Only a Prime can defeat me, and there is only one that remains!


My Anonymous Friend: Gaya lu koq ngajak berantem melulu sih Kar???
Gue: Hey, itu quote dari The Fallen, tahu!
My Anonymous Friend: Hah??? Masa sih??? Ya ampun, sori ya...

Yeah, minta maaf aja sama Hasbro, wong gue nggak ada urusan sama The Fallen...

Dari peristiwa kecil ini gue sadar bahwa Gundam masih kurang dihargai sama orang-orang kita (baca: Indonesia), padahal kartun ini memiliki potensi yang cukup kuat untuk mengubah mindset seseorang. Jujur aja, waktu tempo hari ada siaran ulang perayaan 30 tahun kancah Michael Jackson di dunia musik di sebuah stasiun TV swasta, gue menolak ikut nonton bareng nyokap karena gue lagi panas-panasnya nonton Gundam 00.

Gue addicted sama kartun beginian? Mungkin. Well, I can tell you the reason. The political conflict, the philosophy, the war, all the lives being saved and those being taken away... they're simply beautiful.

"Purity of Purpose."

Sieg Zeon!

Saturday, 4 July 2009

Transformers

Salam sejahtera, wahai para pembaca yang budiman! Kembali bertemu dengan saya, sang pembuat tulisan-tulisan aneh yang semakin anda beci pasti semakin anda cintai!

Melihat tulisan judul di atas, mungkin pembaca berpikir bahwa gue akan membahas film Transformers: Revenge of the Fallen. Sayang sekali, gue belum menonton film itu, jadi gue juga nggak bisa ngomongin. Nggak, tulisan ini berhubungan tentang perubahan pada diri gue.

Perubahan apa nih? KaraBoy berubah? Berubah apanya? Jadi mirip Berak... eh, salah, maksudnya, Brad Pitt kah? Tumbuh tahi lalat satu lagi kah? Ataukah...

Udah, nggak usah mikir jauh-jauh. Gue cuma ngubah model rambut koq. Jadinya sekarang kayak gini...


Nggak gitu ding, maksudnya gini...


Eh, itu sih ekstrim banget, ya? Maksudnya gini...


Yah, itu yang paling mendekati lah...

Lebay banget sih gue, potong rambut aja samai gue masukin blog?

Masalahnya, saudara-saudara-sebangsa-setanah-seair-seudara, gue udah nggak potong rambut selama setahun. Jadi bisa dibilang ini adalah momen bersejarah dalam hidup gue.

Cuma jujur aja sih, gue nggak bakal potong rambut kalau poni gue udah nggak dengan liarnya menutupi muka gue. Dan berhubung gue orangnya agak histrionic, gue memakai salah satu prinsipnya:

"Kalau orang lain tidak tahu kamu menang, lebih baik tidak usah menang."

Yah, gitulah jadinya. Bagi teman-teman sekampus gue, just enjoy the show.

Sieg Zeon!